MANAJEMEN KELAS


BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Dapat dimengerti bahwa kondisi belajar berpengaruh terhadap pembelajaran, salah satu faktor penting  untuk keberhasilan pembelajaran adalah terpenuhinya kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tidakan pencegahan yaitu dengan menyediakan kondisi lingkungan belajar yang baik, mengatur siswa, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio-Emosional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pegaturan ruang kelas dalam pembelajaran?
2. Bagaimana menciptakan lingkugan yang konduktif untuk belajar?
3. bagaimana megatur ruang kelas tersebut?
C. Tujuan Penulis
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur yang di berikan oleh Dosen pembimbing dalam mata kuliah pengolaan kelas. Selai dari itu,tujuan penulisan makalah ini iahlah untuk menambah pegetahuan mengenai pegaturan ruang kelas.










BAB II
 PEMBAHASAN

A.      Pentignya pegaturan ruang kelas dalam pembelajaran

Dalam prposes pembelajaran di kelas sangat penting di lakukan oleh seseorang guru adalah
Mengupayakan dan menciptakan kondisi belajar megajar  yang baik .segalah aspek pendidikan pegajaran berproses, guru dengan segala kemampuannya,siswa degan segala degan latar belakan dan sifat-sifat dan indifidualnya.degan kodisi yang baik diharapkan proses belajar megajar akan berlangsung baik pula. baik seorang sangat berperan penting memiliki kemampuan kondisi belajar megajar yang baik dan untuk mencapai tinkat yang optimal dalam kegiatan pembelajaran kemampuan pengolaan kelas  merupakan salah satu faktor yang harus di kuasai guru.
Purnomo mengemukakan pendapatnya bahwa  kelas merupakanruagan lingugan belajar (lingkugan fisik) dan rombongan belajar(lingkugan emosional). Lingugan  fisik meliputi:

a.       Ruagan
b.       Keindahan kelas 
c.       Pegaturan tempat duduk
d.        Pegaturan sarana serta alat pegajaran
e.       Fentilasi dan pegaturan cahaya lingkugan sosio emosional meliputi:
a.       Tipe kepemimpinan
b.       Suara guru
c.       Sikap guru
d.       Pembinaan hubugan yang baik

Adapun tujuan  pegaturan atau pengolaan kelas adalah menyediakan,  menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal didalam kelas sehingga siswa dapat belajar dan bekerja degan baik .selain itu  guru juga dapat mengembngkan dan menggunakan  alat bantu belajar yang  di gunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang  diinginkan





B.      Menciptakan lingkungan yang konduksif untuk belajar

Pembelajaran aktif, kreatif, dan efektif merupakan pembelajaran yang tidak hanya terpaku menggunanakan satu pendekatan saja, tetapi dengan menggunakan berbagai macam pendekatan. Aktif yang di maksudkan disini adalah dimana siswa belajar dalam situasi yang memungkinkan potensinya dapat di kembangkan untuk prosesdan menghasilkan karya.Kreatif yaitu adanyakarya yang memiliki tujuan yang sama tetapi dengan bentuk kreasi yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Efektif maksudnya adalah pembelajaran yang mendorong aktivitas dan kreeaffitas siswa untuk mencapai satu tujuan. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa salah satu faktor penting menentukan hasil belajar adalah lingkungan belajar.tersebut dapat bersifat fisik, misalnya ruang kelas, kebersihan kelas serta sarana dan prasarana lainnya. Linkugan kelas juga dapat berfisik non fisik,misalnya interaksi,ketenangan, dan kenyamanan. adapun cara megatur lingkungan fisik yang konduksif  untuk siswa:


1.       Pegaturan Kelas
Aturlah ruang kelas supaya lebih nyaman. Ruang kelas harus memiliki jendelah dan fentilasi yang cukup sehingga terjadi pergantian udara secara bebas. Atur  meja- kursi guru dan siswa agar tidak berdasarkanserta sesuai  dengan jumblah meja-kursi degan kapasitas ruangan

2.       ALat peraga dan sumber belajar
Beberapa hal yang terkait degan pengolaan alat peraga yaitu:
Alat peraga diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau siswa dan tetap aman.
Alat peraga diupayakan sering  digunakan  disamping untuk meningkatkan kualitas pembelajaran juga meningkatkan apresiasi siswa terhadap alat peraga.
Aturan pengunaan alat peraga perlu dibuat dan ditaati

3.       Menjaga kebersihan kelas
Kelas harus dijaga  kebersihannya oleh angota keslas,sediakan tempat  sampah di luar kelas.
Secara berkala siswa dapat  membersihkan dan menjaga kelas bersama-sama.


4.       Pengaturan dinding atur dinding  kelas agar terlihat indah,jangan biarkan dinding terlihat kosong, tetapi isi dengan berbagai sumber belajar, media, kata-kata mutiara, dan hasil karya lainnya.


5.       Panjagan kelas panjagan kelas dapat  dikelola dengan memperhatikan hal sebagai:
Panjangan dipasangan pada tempat yang mudah di baca oleh siswa
. pekerjaan anak hendaknya dipanjagkan secara indifidual  sehingga dapat dikenal .dengan muda yang dipanjangkan dapat ditempelkan pada dinding

6.       Sudut baca/ perputakaan
Buatlah perpustakaan kelas yang menjamin siswa untuk aktif membacavimformasi. Dan menelusuri. Buku-buku di perpustakaan tidak hanya buku pelajaran saja akan tetapi juga sebaiknya disediakan buku yang  menarik dan inspiratif.


7.       Menghindari kebisingan-kebisingan merupakan masalah yang dihadapi oleh sekolah-sekolah yang ada diperkotaan. biasanya dikota  terdapat  bangunan ruang kelas yang dekat dengan jalanraya.


8.       Sediakan tempat bersosialisasi  sekolah bukan hanya untuk tempat belajar  tetapi juga tempat bersosialisasi. Oleh karena itu sekolah perlu menyiapkan tempat untuk mereka yang  bersosialisasi. Cara mengatur lingkugan non fisik sebagai berikut:
a.       Interaksi siswa dengan guru serta siswa dengan siswa lainnya
b.       Membuat aturan ,tatatertib,etika yang disepakati oleh semua siswa
c.       kennyamanan
d.       menyeimbang pujian dan kritik
e.       membangun energy kelas
f.        disiplin kelas
g.       refleksi

C.       Mengatur Ruang Kelas
Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang baik. Dengan penataan ruang kelas bagi proses belajar mengajar dibutuhkan pengembangan variasi baik dari segi penataan tempat duduk maupun perlengkapan yang menunjang dalam pencapain tujuan pembelajaran. Dengan segala pengelolaan dan penataan kelas yang baik akan menimbulkan semangat belajar dan peserta didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu adanya Sesuatu aktifitas pengelolaan baik dan terencana.
        =ukuran dan bentuk
        =pengaturan tempat duduk
        =pengaturan alat-alat pengajaran
        =penataan keindahan dan kebersihan kelas
        =ventilasi dan tata cahaya.



 BAB II
                                                                                             PENUTUP


A.      Kesimpulan
Dalam prosees pembelajaran dikelas sangat penting dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Purnomo mengemukakan pendapatnya bahwa kelas merupakan ruangan belajar (lingkungn fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional). Lingkungan fisik meliputi
        a.ruangan
        b.keindahan kelas
        c.pengaturan tempat duduk
        d. pengaturan sarana serta dan  alat pengajaran
        e.  fentilasi dan pengaturan cahaya lingkungan sosio emosional meliputi:
             a. tipe kepemimpinan guru
             b. suara guru
             c. sikap guru
             d. pembinaan hubungan yang baik

PROSES INOVASI PENDIDIKAN





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini perkembangan sudah sangat cepat, tak terkecuali di dunia pendidikan. Dengan bidang teknologi yang sudah semakin maju tentu saja mau tidak mau dunia pendidikan pun harus sudah mulai menyeimbangi. Karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan dunia ini, melalui pendidikan para generasi muda lah yang membuka dan meneruskan perkembangan jaman yang baru dan sudah ada. Pembaruan dan terjadi seiring dengan perputaran jaman yang tidak ada hentinya. Pembaruan atau inovasi yang dalam pendidikan yaitu berkenaan dengan kurikulum, metode pengajaran maupun model pembelajaran. Maka dari itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses inovasi dalam pendidikan itu terjadi.

B.     Rumusan Masalah
Apa pengertian dari proses inovasi pendidikan?
Apa saja model proses inovasi pendidikan?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam penulisan makalah ini, yaitu mampu menjelaskan secara rinci bagaimana proses inovasi pendidikan itu.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses Inovasi Pendidikan adalah serangkain aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tau adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
B.     Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan  individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi seperti berikut.
1.      Beberapa model proses inovasi yang berorientasi pada individual, antara lain:
a.       Lavidge & Steiner (1961) :
ü  Menyadari
ü  Mengetahui
ü  Menyukai
ü  Memilih
ü  Mempercayai
ü  Membeli
b.      Colley (1961) :
ü  Belum menyadari
ü  Menyadari
ü  Memahami
ü  Mempercayai
ü  Mengambil tindakan
c.       Rogers (1962) :
ü  Menyadari
ü  Menaruh perhatian
ü  Menilai
ü  Mencoba
ü  Menerima (Adoption)
d.      Robertson (1971) :
ü  Persepsi tentang masalah
ü  Menyadari
ü  Memahami
ü  Menyikapi
ü  Mengesahkan
ü  Mencoba
ü  Menerima
ü  Disonansi
e.       Rogers & Shoemakers (1971) :
   Pengetahuan

 Persuasi
  (Sikap)

Keputusan
Menerima                                                                           Menolak
      Konfirmasi
f.       Klonglan & Coward (1970) :
Menyadari

Informasi

Evaluasi                                  Menolak Simbolik
 
Menerima
Simbolik

Mencoba                                   Percobaan
                                                Ditolak
Percobaan
Diterima

Menggunakan

g.      Zaltman & Brooker (1971) :
 Persepsi

Memotivasi

Menyikapi

Legitimasi

Mencoba

  Evaluasi
Menolak                                                                           Menerima
Resolusi
2.      Beberapa model proses inovasi yang beroirentasi pada organisasi, antara lain :
a.       Milo (1971) :
ü  Konseptualisasi
ü  Tentative adopsi
ü  Penerimaan sumber
ü  Implementasi
ü  Institusionalisasi
b.      Shepared (1967) :
ü  Penemuan ide
ü  Adopsi
ü  Implementasi
c.       Hage & Aiken (1970) :
ü  Evaluasi
ü  Inisiasi
ü  Implementasi
ü  Routinisasi
d.      Wilson (1966) :
ü  Konsepsi perubahan
ü  Pengusulan perubahan
ü  Adopsi dan implementasi
e.       Rogers (1983) :
Tahap-tahap
Proses Inovasi
Kegiatan pokok pada tiap tahap proses inovasi
   I.      Inisiasi (permulaan)




1.      Agenda setting




2.      Penyesuaian (matching)






Keputusan untuk
menerima inovasi

II.         Implementasi

3.      Re-definisi/Re-strukturisasi






4.      Klarifikasi



5.      Rutinisasi
Kegiatan pengumpulan informasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi
Semua permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi organisasi
Diadakan penyesuaian antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian direncanakan dan dibuat desain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Semua kejadian, kegiatan, dan keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi
1)     Inovasi dimodifikasi dan re-invensi disesuaikan situasi dan masalah organisasi
2)     Struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi.
Hubungan antara inovasi dan organisasi dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sehingga inovasi benar-benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan
Inovasi kemungkinan telah kehilangan sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi

f.       Zaltman, Duncan & holbek (1973) :
1)      Tahap Permulaan (Inisiasi)
ü  Langkah pengetahuan dan kesadaran
ü  Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
2)      Tahap Implementasi
ü  Langkah awal implementasi
ü  Langkah kelanjutan pembinaan
Berikut ini diberikan uraian secara singkat proses inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan, dan Holbek (1973). Zaltman dan kawan-kawan membagi prose inovasi dalam organisasi menjadi duatahap yaitu tahap permulaan (institation stage) dan tahap implementasi (implementation stage). Tiap tahap dibagi lagi menjadi beberapa langkah (sub stage).
1.      Tahap Permulaan (Intiation Stage)
a.       Langkah pengetahuan dan kesadaran
Jika inovasi dipandang sebagai suatu ide, kegiatan, atau material yang diamati baru oleh unit adopsi (penerima inovasi), maka tau adanya inovasi menjadi masalah yang pokok. Sebelum inovasi dapat diterima calon penerima harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam organisasi. Sebagaimana telah kita bicarakan pada waktu membicarakan proses keputusan inovasi, maka timbul masalah mana yang dulu tau dan sadar ada inovasi atau merasa butuh inovasi. Maka Rogers dan Shoemakers mengemukakan seperti mana dulu ayam atau telur, tergantung situasinya. Mungkin dapat tau dan sadar inovasi baru merasa butuh atau sebaliknya. Jika kita lihat kaitannya dengan organisasi, maka adanya kesenjangan penampilan (performance gaps) mendorong untu mencari cara-cara baru atau inovasi. Tetapi juga dapat terjadi sebaliknya karena akan sadar adanya inovasi, maka pimpinan organisasi merasa bahwa dalam organisasi nya ada suatu yang ketinggalan. Kemudian merubah hasil yang diharapkan, maka terjadi sejenjangan penampilan.
b.      Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
Dalam tahap ini anggota organisasi membentuk sikap terhadap inovasi dari hasil penelitian menunjukan bahwa sikap terhadap inovasi memegang peranan yang penting untuk menimbulkan motivasi untuk ingin berubah atau mau menerima inovasi. Paling tidak ada dua hal daridimensi sikap yang dapat ditunjukan anggota organisasi terhadap adanya inovasi yaitu :
1)      Sikap terbuka terhadap inovasi, yang ditandai dengan adanya :
ü  Kemauan anggota organisasi untuk mempertimbangkan inovasi.
ü  Mempertanyakan inovasi (skeptic)
ü  Merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam menjalankan fungsinya.
2)      Memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan adanya pengamatan yang menunjukan :
ü  Bahwa ada kemampuan bagi organisasi untuk menggunakan inovasi.
ü  Organisasi telah pernah mengalami keberhasilan pada masa lalu dengan menggunakan inovasi.
ü  Adanya komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.
Dalam mempertimbangkan pengaruh dari sikap anggota organisasi terhadap proses inovasi, maka perlu dipertimbangkan juga perubahan tingkah lakuyang diharapkan oleh organisasi formal. Jika terjadi perbedaan antara sikap individu terhadap inovasi dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh pimpinan organisasi, maka terjadi disonansi inovasi. Ada dua macam disonansi yaitu penerimaan disonan dan penolak disonan.
Empat macam tipe disonan-konsonan berdasarkan sikap individu terhadap inovasi danperubahan tingkah laku dan laku yang diharapkan oleh organisasi, dapat ditunjukan dengan bagan sebagai berikut.
Sikap anggota terhadap inovasi
Perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh organisasi formal
Menolak
Menerima
Tidak Menyukai
I.         Penolak konsonan
II.      Penerima disonan
Menyukai
III.      Penolak disonan
IV.   Penerima konsonan
                        (Rogers and Shoemaker, 1971:31)
Penerima disonan terjadi jika anggota tidak menyukai inovasi, tetapi organisasi mengharapkan menerima inovasi. Sedangkan penolak disonan terjadi jika anggota menyenangi inovasi tetapi organisasi menolak inovasi. Menurut rogers dan shoemakers (1971), lama-lama disonansi dapat terkurangi dengan dua cara yaitu :
ü  Anggota organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan kemauan organisasi.
ü  Tidak melanjutkan menerima inovasi, menyalahgunakan inovasi atau menerapkan inovasi dengan penyimpangan, disesuaikan dengan kemauan anggota organisasi
Mohr (dikutip oleh Zaltman, 1973), mengemukakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya dibidang kesehatan, menunjukan bahwa kemauan untuk menerima inovasi akan mengarah pada penerapan inovasi jika disertai adanya motivasi yang tinggi untuk mau berbuat serta tersedia sumber yang diperlukan. Jika persediaan sumber bahan yang diperlukan (resources) tinggi, maka dampak tehadap motivsi untuk menerapkan inovasi dapat lipat 4 1 /2 kali daripada jika persediaan sumber bahan rendah. Jadi untuk melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan berbagai variable yang dapat meningkatkan motivasi serta tersedianya sumber bahan pelaksanaan (resources).
c.       Langkah pengambilan keputusan
Pada langkah ini segala informasi tentang potensi inovasi di evaluasi. Jika unit pengambil keputusan dalam organisasi menganggap bahwa inovasi itu dapat diterima dan ia senang untuk menerimanya maka inovasi akan diterima dan diterapkan dalam organisasi demikian pula sebaliknya jika unit pengambil keputusan tidak menyukai inovasi dan menganggap inovasi tidak bermanfaat maka ia akan menolaknya. Pada saat akan mengambil keputusan peranan komunikasi sangat penting untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya tentang inovasi. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar mantap dan tidak terjadi salah pilih yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
2.      Tahap implementasi (implementation stage)
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi ialah menggunakan inovasi atau menerapkan inovasi. Ada dua langkah yang dilakukan yaitu :
a.       Langkah awal (permulaan) implementasi
Pada langkah ini organisasi mencoba menerapkan sebagian inovasi. Misalnya setelah Dekan memutuskan bahwa semua dosen harus membuat persiapan mengajar dengan model Satuan Acara Perkuliahan, maka pada awal penerapannya setiap dosen diwajibkan membuat untuk satu mata kuliah dulu sebelum nanti akan berlaku untuk semua mata kuliah
b.      Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi
Jika ada penerapan awal telah berhasil, para anggota telah mengetahui dan memahami inovasi, serta memperoleh pengalaman dalam menerapkannya, maka tinggal melanjutkan dan menjaga kelangsungannya.
C.    Factor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem social. Jika terjadi perubahan dalam sistem social, maka lembaga pendidikan formal tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap sistem social. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dpat menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan motivasi pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu : (a) kemauan sekolah ( lembaga pendidikan ) untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat, dan (b) adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antar lembaga pendidikan dan sistem social terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Misalnya suatu sekolah telah dapat sukses menyiapkan tenaga yang terdidik sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka dengan tenaga terdidik berarti tingkah kehidupannya meningkat, dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak puas jika bekerja yang tidak menggunakan kemampuan inteleknya, sehingga perlu adanya penyesuaian dengan lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat. Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan disekolah: yaitu (1) kegiatan belajar mengajar, (2) factor intenal dan eksternal, dan (3) sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).
1.      Faktor kegiatan belajar mengajar
Yang menjadi kunci kebehasilan dalam pengelolaan kegiatan dalam belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga professional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasioanldan tujuan intitusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam tugas pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar tedapat berbagai factor yang menyebabkan orang memandang bahwa kegiatan pengelolaan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang professional, kurang efektif, dan kurang perhatian. Sebagai alasan menyapa orang memandang tugas guru Dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahwa :
a.       Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan demikian  maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi guru dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu dapat menghasilkan prestasi yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh guru yang berbeda belum tentu menghasilkan prestasi  belajar yang sama meskipun para guru tersebut semuanya telah menemukan persyaratan sebagai guru yang professional.
b.      Kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan guru dikelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru kelas tanpa diketahui oleh guru yang lain. Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
c.       Berkaitan dengan kenyataan diatas tersebut, maka sangat minimal bantuan teman sejawat untuk memberikan bantuan saran atau kritk guna peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan guru disekolah seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.
d.      Belum ada kriteria yang baku tentang bagaiaman pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria keefektifan proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variable yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria tersebut sudah dilakukan misalnya dengan APKG (Alat Penilaian Kompetensi Guru)
e.       Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar,guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenai kondisi fisik, intelktual, mental, minat dan latar belakang social ekonominya. Guru tidak mungkin dapat melayani siswa dengan perbedaan individual satu dengan yang lain, dalam jam-jam pelajaran yang sudah diatur dalam jadwal dan dalam waktu yang sangat terbatas.
f.       Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan caa yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
g.      Guru juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaiyu tanpa adanya keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada kemampuan guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang dilakukan masih terasa berat, jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah tugas administrative, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan, karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi factor yang lain. Jadi program pertumbuhan atau jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami hambatan.
h.      Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain dia di tuntut harus menyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan karena menjadi bahan ujian negara/nasioanal. Demikian pula dari satu segi guru dituntut menekankan perubahan tingkah laku afektif, tetapi dalam evaluasi hasil belajar yang dipakai untuk menetukan kelulusan siswa hanya mengutamakan aspek kognitif. Apa yang harus dipilih guru? melayani semua tuntutan?
Dari data tersebut menunjukan bagaimana uniknya kegiatan belajar mengajar, yang memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya pendapat bahwa professional guru diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa jabatan guru itu “ semi professional “ , karena jika professional yang penuh tentu akan memberi peluang pada anggotanya untuk : (a) menguasai kemampuan professional yang ditunjukan dalam penampilan, (b) memasuki anggota profesi dan penilaian terhadap  penampilan profesinya diawasi oleh kelompok profesi, (c) ketentuan untuk berbuat professional, ditentukan bersama antar sesame anggota profesi (Zaltman, Florio, Siloski 1977).
Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupaka sumner motivasi perlunya adanya inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan tersebut, atau bahkan dari sudut pandang yang lain, dapat juga dikatakan bahwa dengan adanya kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovasi pendidikan secara efektif.
2.      Factor internal dan eksternal
Suatu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik pelaksana maupun klien (yang dilayani) adalah kelompok manusia perencana inovasi pendidikan harus memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan kelompok yang dipengaruhi oleh sekolah (sistem pendidikan).
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan sisuntuk melakukan kegiatan belajar dengan sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan factor internal dan juga merupakan factor eksternal, seperti : Guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang diluar organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan dan mungkin juga pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para penatara guru, staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar, dosen, dan organisasi persatuan guru, juga merupakan factor yang sangat besar pengarunya terhadap pelaksanaan sistem pendidikan atau inovasi pendidikan. Namun apakah mereka termasuk factor internal atau eksternal agak sukar dibedakan, karena guru sebagai factor internal tetapi juga dapat dipandang sebagai factor eksternal. Yang penting untuk diketahui bahwa seorang yang akan merencanakan inovasi pendidikan, harus memperhatikan berbagai factor tersebut, apakah itu internal tau eksternal.
3.      Sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah di atur dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seuruh sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan jaman. Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan professional serta keterbatasan kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negatif. Siklus otoritas yang negative bagi guru yang di kemukakan oleh Florio (1973) yang di kutip oleh Zaltman (1977) adalah guru memiliki keterbatasan kewenangan dan kemampuan professional, menyebabkan tidak mampu untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk menghadapi tantangan kemampuan jaman. Rasa ketidakmampuan menimbulkan prustasi dan bersikap apatis terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sikap apatis dan rasa prustasi mengurangi rasa tanggung jawab dan rasa ikut terlibat (komitemen) dalam pelaksanaan tugas. Dampak dari sikap apatis, kurang semangat berpartisipasi dan kurang rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, menyebabkan tampak dari luar sebagai guru yang kurang mampu dan tidak professional. Dengan adanya tanda-tanda bahwa guru kurang mampu melaksanakan tugas maka mengurangi kepercaiaan atasan terhadap guru. Dengan adanya ras kurang percaya menyebabkan menimpulkan kecurangan atau tidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Karena atasan menganggap tidak memperoleh kejelasan tentang tanggung jawab penggunaan wewenang serta kemampuan professional yang dimiliki guru, maka dibatasi pemberian wewenang dan kesempatan mengembangkan kemampuannya.[1][1]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Proses Inovasi Pendidikan adalah serangkain aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tau adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Dengan demikian, maka pemahaman tentang proses inovasi pendidikan yang berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk memahami proses inovasi dalam organisasi.

B.     Saran
Semoga para pembaca dapat memahami isi makalah ini, dan juga tidak cukup puas untuk membaca tentang Inovasi Pendidikan hanya dari makalah ini saja.


DAFTAR PUSTAKA

Udin Syaefudin Sa’ud. 2013. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta


Posted 25th January 2016 by Nur Esri Fauziah
0
Add a comment


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini perkembangan sudah sangat cepat, tak terkecuali di dunia pendidikan. Dengan bidang teknologi yang sudah semakin maju tentu saja mau tidak mau dunia pendidikan pun harus sudah mulai menyeimbangi. Karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan dunia ini, melalui pendidikan para generasi muda lah yang membuka dan meneruskan perkembangan jaman yang baru dan sudah ada. Pembaruan dan terjadi seiring dengan perputaran jaman yang tidak ada hentinya. Pembaruan atau inovasi yang dalam pendidikan yaitu berkenaan dengan kurikulum, metode pengajaran maupun model pembelajaran. Maka dari itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses inovasi dalam pendidikan itu terjadi.

B.     Rumusan Masalah
Apa pengertian dari proses inovasi pendidikan?
Apa saja model proses inovasi pendidikan?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam penulisan makalah ini, yaitu mampu menjelaskan secara rinci bagaimana proses inovasi pendidikan itu.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses Inovasi Pendidikan adalah serangkain aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tau adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
B.     Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan  individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi seperti berikut.
1.      Beberapa model proses inovasi yang berorientasi pada individual, antara lain:
a.       Lavidge & Steiner (1961) :
ü  Menyadari
ü  Mengetahui
ü  Menyukai
ü  Memilih
ü  Mempercayai
ü  Membeli
b.      Colley (1961) :
ü  Belum menyadari
ü  Menyadari
ü  Memahami
ü  Mempercayai
ü  Mengambil tindakan
c.       Rogers (1962) :
ü  Menyadari
ü  Menaruh perhatian
ü  Menilai
ü  Mencoba
ü  Menerima (Adoption)
d.      Robertson (1971) :
ü  Persepsi tentang masalah
ü  Menyadari
ü  Memahami
ü  Menyikapi
ü  Mengesahkan
ü  Mencoba
ü  Menerima
ü  Disonansi
e.       Rogers & Shoemakers (1971) :
   Pengetahuan

 Persuasi
  (Sikap)

Keputusan
Menerima                                                                           Menolak
      Konfirmasi
f.       Klonglan & Coward (1970) :
Menyadari

Informasi

Evaluasi                            Menolak Simbolik
 
Menerima
Simbolik

Mencoba                             Percobaan
                                          Ditolak
Percobaan
Diterima

Menggunakan

g.      Zaltman & Brooker (1971) :
 Persepsi

Memotivasi

Menyikapi

Legitimasi

Mencoba

  Evaluasi
Menolak                                                                           Menerima
Resolusi
2.      Beberapa model proses inovasi yang beroirentasi pada organisasi, antara lain :
a.       Milo (1971) :
ü  Konseptualisasi
ü  Tentative adopsi
ü  Penerimaan sumber
ü  Implementasi
ü  Institusionalisasi
b.      Shepared (1967) :
ü  Penemuan ide
ü  Adopsi
ü  Implementasi
c.       Hage & Aiken (1970) :
ü  Evaluasi
ü  Inisiasi
ü  Implementasi
ü  Routinisasi
d.      Wilson (1966) :
ü  Konsepsi perubahan
ü  Pengusulan perubahan
ü  Adopsi dan implementasi
e.       Rogers (1983) :
Tahap-tahap
Proses Inovasi
Kegiatan pokok pada tiap tahap proses inovasi
   I.      Inisiasi (permulaan)




1.      Agenda setting




2.      Penyesuaian (matching)






Keputusan untuk
menerima inovasi

II.         Implementasi

3.      Re-definisi/Re-strukturisasi






4.      Klarifikasi



5.      Rutinisasi
Kegiatan pengumpulan informasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi
Semua permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi organisasi
Diadakan penyesuaian antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian direncanakan dan dibuat desain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Semua kejadian, kegiatan, dan keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi
1)     Inovasi dimodifikasi dan re-invensi disesuaikan situasi dan masalah organisasi
2)     Struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi.
Hubungan antara inovasi dan organisasi dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sehingga inovasi benar-benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan
Inovasi kemungkinan telah kehilangan sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi

f.       Zaltman, Duncan & holbek (1973) :
1)      Tahap Permulaan (Inisiasi)
ü  Langkah pengetahuan dan kesadaran
ü  Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
2)      Tahap Implementasi
ü  Langkah awal implementasi
ü  Langkah kelanjutan pembinaan
Berikut ini diberikan uraian secara singkat proses inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan, dan Holbek (1973). Zaltman dan kawan-kawan membagi prose inovasi dalam organisasi menjadi duatahap yaitu tahap permulaan (institation stage) dan tahap implementasi (implementation stage). Tiap tahap dibagi lagi menjadi beberapa langkah (sub stage).
1.      Tahap Permulaan (Intiation Stage)
a.       Langkah pengetahuan dan kesadaran
Jika inovasi dipandang sebagai suatu ide, kegiatan, atau material yang diamati baru oleh unit adopsi (penerima inovasi), maka tau adanya inovasi menjadi masalah yang pokok. Sebelum inovasi dapat diterima calon penerima harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam organisasi. Sebagaimana telah kita bicarakan pada waktu membicarakan proses keputusan inovasi, maka timbul masalah mana yang dulu tau dan sadar ada inovasi atau merasa butuh inovasi. Maka Rogers dan Shoemakers mengemukakan seperti mana dulu ayam atau telur, tergantung situasinya. Mungkin dapat tau dan sadar inovasi baru merasa butuh atau sebaliknya. Jika kita lihat kaitannya dengan organisasi, maka adanya kesenjangan penampilan (performance gaps) mendorong untu mencari cara-cara baru atau inovasi. Tetapi juga dapat terjadi sebaliknya karena akan sadar adanya inovasi, maka pimpinan organisasi merasa bahwa dalam organisasi nya ada suatu yang ketinggalan. Kemudian merubah hasil yang diharapkan, maka terjadi sejenjangan penampilan.
b.      Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
Dalam tahap ini anggota organisasi membentuk sikap terhadap inovasi dari hasil penelitian menunjukan bahwa sikap terhadap inovasi memegang peranan yang penting untuk menimbulkan motivasi untuk ingin berubah atau mau menerima inovasi. Paling tidak ada dua hal daridimensi sikap yang dapat ditunjukan anggota organisasi terhadap adanya inovasi yaitu :
1)      Sikap terbuka terhadap inovasi, yang ditandai dengan adanya :
ü  Kemauan anggota organisasi untuk mempertimbangkan inovasi.
ü  Mempertanyakan inovasi (skeptic)
ü  Merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam menjalankan fungsinya.
2)      Memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan adanya pengamatan yang menunjukan :
ü  Bahwa ada kemampuan bagi organisasi untuk menggunakan inovasi.
ü  Organisasi telah pernah mengalami keberhasilan pada masa lalu dengan menggunakan inovasi.
ü  Adanya komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.
Dalam mempertimbangkan pengaruh dari sikap anggota organisasi terhadap proses inovasi, maka perlu dipertimbangkan juga perubahan tingkah lakuyang diharapkan oleh organisasi formal. Jika terjadi perbedaan antara sikap individu terhadap inovasi dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh pimpinan organisasi, maka terjadi disonansi inovasi. Ada dua macam disonansi yaitu penerimaan disonan dan penolak disonan.
Empat macam tipe disonan-konsonan berdasarkan sikap individu terhadap inovasi danperubahan tingkah laku dan laku yang diharapkan oleh organisasi, dapat ditunjukan dengan bagan sebagai berikut.
Sikap anggota terhadap inovasi
Perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh organisasi formal
Menolak
Menerima
Tidak Menyukai
I.         Penolak konsonan
II.      Penerima disonan
Menyukai
III.      Penolak disonan
IV.   Penerima konsonan
                        (Rogers and Shoemaker, 1971:31)
Penerima disonan terjadi jika anggota tidak menyukai inovasi, tetapi organisasi mengharapkan menerima inovasi. Sedangkan penolak disonan terjadi jika anggota menyenangi inovasi tetapi organisasi menolak inovasi. Menurut rogers dan shoemakers (1971), lama-lama disonansi dapat terkurangi dengan dua cara yaitu :
ü  Anggota organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan kemauan organisasi.
ü  Tidak melanjutkan menerima inovasi, menyalahgunakan inovasi atau menerapkan inovasi dengan penyimpangan, disesuaikan dengan kemauan anggota organisasi
Mohr (dikutip oleh Zaltman, 1973), mengemukakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya dibidang kesehatan, menunjukan bahwa kemauan untuk menerima inovasi akan mengarah pada penerapan inovasi jika disertai adanya motivasi yang tinggi untuk mau berbuat serta tersedia sumber yang diperlukan. Jika persediaan sumber bahan yang diperlukan (resources) tinggi, maka dampak tehadap motivsi untuk menerapkan inovasi dapat lipat 4 1 /2 kali daripada jika persediaan sumber bahan rendah. Jadi untuk melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan berbagai variable yang dapat meningkatkan motivasi serta tersedianya sumber bahan pelaksanaan (resources).
c.       Langkah pengambilan keputusan
Pada langkah ini segala informasi tentang potensi inovasi di evaluasi. Jika unit pengambil keputusan dalam organisasi menganggap bahwa inovasi itu dapat diterima dan ia senang untuk menerimanya maka inovasi akan diterima dan diterapkan dalam organisasi demikian pula sebaliknya jika unit pengambil keputusan tidak menyukai inovasi dan menganggap inovasi tidak bermanfaat maka ia akan menolaknya. Pada saat akan mengambil keputusan peranan komunikasi sangat penting untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya tentang inovasi. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar mantap dan tidak terjadi salah pilih yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
2.      Tahap implementasi (implementation stage)
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi ialah menggunakan inovasi atau menerapkan inovasi. Ada dua langkah yang dilakukan yaitu :
a.       Langkah awal (permulaan) implementasi
Pada langkah ini organisasi mencoba menerapkan sebagian inovasi. Misalnya setelah Dekan memutuskan bahwa semua dosen harus membuat persiapan mengajar dengan model Satuan Acara Perkuliahan, maka pada awal penerapannya setiap dosen diwajibkan membuat untuk satu mata kuliah dulu sebelum nanti akan berlaku untuk semua mata kuliah
b.      Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi
Jika ada penerapan awal telah berhasil, para anggota telah mengetahui dan memahami inovasi, serta memperoleh pengalaman dalam menerapkannya, maka tinggal melanjutkan dan menjaga kelangsungannya.
C.    Factor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem social. Jika terjadi perubahan dalam sistem social, maka lembaga pendidikan formal tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap sistem social. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dpat menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan motivasi pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu : (a) kemauan sekolah ( lembaga pendidikan ) untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat, dan (b) adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antar lembaga pendidikan dan sistem social terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Misalnya suatu sekolah telah dapat sukses menyiapkan tenaga yang terdidik sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka dengan tenaga terdidik berarti tingkah kehidupannya meningkat, dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak puas jika bekerja yang tidak menggunakan kemampuan inteleknya, sehingga perlu adanya penyesuaian dengan lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat. Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan disekolah: yaitu (1) kegiatan belajar mengajar, (2) factor intenal dan eksternal, dan (3) sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).
1.      Faktor kegiatan belajar mengajar
Yang menjadi kunci kebehasilan dalam pengelolaan kegiatan dalam belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga professional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasioanldan tujuan intitusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam tugas pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar tedapat berbagai factor yang menyebabkan orang memandang bahwa kegiatan pengelolaan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang professional, kurang efektif, dan kurang perhatian. Sebagai alasan menyapa orang memandang tugas guru Dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahwa :
a.       Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan demikian  maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi guru dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu dapat menghasilkan prestasi yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh guru yang berbeda belum tentu menghasilkan prestasi  belajar yang sama meskipun para guru tersebut semuanya telah menemukan persyaratan sebagai guru yang professional.
b.      Kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan guru dikelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru kelas tanpa diketahui oleh guru yang lain. Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
c.       Berkaitan dengan kenyataan diatas tersebut, maka sangat minimal bantuan teman sejawat untuk memberikan bantuan saran atau kritk guna peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan guru disekolah seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.
d.      Belum ada kriteria yang baku tentang bagaiaman pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria keefektifan proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variable yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria tersebut sudah dilakukan misalnya dengan APKG (Alat Penilaian Kompetensi Guru)
e.       Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar,guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenai kondisi fisik, intelktual, mental, minat dan latar belakang social ekonominya. Guru tidak mungkin dapat melayani siswa dengan perbedaan individual satu dengan yang lain, dalam jam-jam pelajaran yang sudah diatur dalam jadwal dan dalam waktu yang sangat terbatas.
f.       Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan caa yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
g.      Guru juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaiyu tanpa adanya keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada kemampuan guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang dilakukan masih terasa berat, jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah tugas administrative, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan, karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi factor yang lain. Jadi program pertumbuhan atau jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami hambatan.
h.      Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain dia di tuntut harus menyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan karena menjadi bahan ujian negara/nasioanal. Demikian pula dari satu segi guru dituntut menekankan perubahan tingkah laku afektif, tetapi dalam evaluasi hasil belajar yang dipakai untuk menetukan kelulusan siswa hanya mengutamakan aspek kognitif. Apa yang harus dipilih guru? melayani semua tuntutan?
Dari data tersebut menunjukan bagaimana uniknya kegiatan belajar mengajar, yang memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya pendapat bahwa professional guru diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa jabatan guru itu “ semi professional “ , karena jika professional yang penuh tentu akan memberi peluang pada anggotanya untuk : (a) menguasai kemampuan professional yang ditunjukan dalam penampilan, (b) memasuki anggota profesi dan penilaian terhadap  penampilan profesinya diawasi oleh kelompok profesi, (c) ketentuan untuk berbuat professional, ditentukan bersama antar sesame anggota profesi (Zaltman, Florio, Siloski 1977).
Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupaka sumner motivasi perlunya adanya inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan tersebut, atau bahkan dari sudut pandang yang lain, dapat juga dikatakan bahwa dengan adanya kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovasi pendidikan secara efektif.
2.      Factor internal dan eksternal
Suatu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik pelaksana maupun klien (yang dilayani) adalah kelompok manusia perencana inovasi pendidikan harus memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan kelompok yang dipengaruhi oleh sekolah (sistem pendidikan).
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan sisuntuk melakukan kegiatan belajar dengan sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan factor internal dan juga merupakan factor eksternal, seperti : Guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang diluar organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan dan mungkin juga pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para penatara guru, staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar, dosen, dan organisasi persatuan guru, juga merupakan factor yang sangat besar pengarunya terhadap pelaksanaan sistem pendidikan atau inovasi pendidikan. Namun apakah mereka termasuk factor internal atau eksternal agak sukar dibedakan, karena guru sebagai factor internal tetapi juga dapat dipandang sebagai factor eksternal. Yang penting untuk diketahui bahwa seorang yang akan merencanakan inovasi pendidikan, harus memperhatikan berbagai factor tersebut, apakah itu internal tau eksternal.
3.      Sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah di atur dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seuruh sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan jaman. Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan professional serta keterbatasan kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negatif. Siklus otoritas yang negative bagi guru yang di kemukakan oleh Florio (1973) yang di kutip oleh Zaltman (1977) adalah guru memiliki keterbatasan kewenangan dan kemampuan professional, menyebabkan tidak mampu untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk menghadapi tantangan kemampuan jaman. Rasa ketidakmampuan menimbulkan prustasi dan bersikap apatis terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sikap apatis dan rasa prustasi mengurangi rasa tanggung jawab dan rasa ikut terlibat (komitemen) dalam pelaksanaan tugas. Dampak dari sikap apatis, kurang semangat berpartisipasi dan kurang rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, menyebabkan tampak dari luar sebagai guru yang kurang mampu dan tidak professional. Dengan adanya tanda-tanda bahwa guru kurang mampu melaksanakan tugas maka mengurangi kepercaiaan atasan terhadap guru. Dengan adanya ras kurang percaya menyebabkan menimpulkan kecurangan atau tidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Karena atasan menganggap tidak memperoleh kejelasan tentang tanggung jawab penggunaan wewenang serta kemampuan professional yang dimiliki guru, maka dibatasi pemberian wewenang dan kesempatan mengembangkan kemampuannya.[2][1]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Proses Inovasi Pendidikan adalah serangkain aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tau adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Dengan demikian, maka pemahaman tentang proses inovasi pendidikan yang berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk memahami proses inovasi dalam organisasi.

B.     Saran
Semoga para pembaca dapat memahami isi makalah ini, dan juga tidak cukup puas untuk membaca tentang Inovasi Pendidikan hanya dari makalah ini saja.


DAFTAR PUSTAKA

Udin Syaefudin Sa’ud. 2013. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta


Posted 25th January 2016 by Nur Esri Fauziah
0
Add a comment


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Belakangan ini muncul perdebatan menarik tentang praktik pendidikan. Perdebatan itu mencakup pertanyaan-pertanyaan pokok dalam penyelenggaraan pendidikan. Diantara pertanyaan itu adalah kemana arah kebijakan pendidikan kita akan ditujukan? Dimanakah peran dan relevansi pendidikan dengan pembangunan ekonomi? Apakah kebijakan pendidikan yang selama ini diambil telah mempertimbangkan tuntutan perubahan yang disebabkan oleh globalisasi ekonomi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu banyak menghantui masyarakat. Kebijakan harus diambil setelah memperhatikan berbagai variabel yang sedang berkembang. Diantara variabel penting untuk dicermati adalah perkembangan proses modernisasi yang amat dinamis, seiring dengan itu juga munculnya hegemoni kapitalisme global di dalam kehidupan masyarakat yang membawa konsekuensi interkoneksi kebijakan dengan beragam perkembangan aspirasi di dunia internasional.
Ada kepentingan yang cukup besar untuk membangun suatu arah kebijakan pendidikan ketika banyak variasi dan analisa kebijakan pendidikan yang dilansir sebagai antisipasi kebutuhan yang berkembang ditengah masyarakat. Kepentingan membangun arah pendidikan yang lebih terang menjadi semakin signifikan ketika tuntutan kontemporerisasi kebijakan pendidikan bertemu dengan perubahan situasi internasiaonal. Hal tersebut sebagai akibat dari proses modernisasi dan globalisasi ekonomi.
Pada waktu membicarakan inovasi sering orang mengajukan pertanyaan tentang modernisasi, karena antara keduanya tampak persamaan yaitu kedua-duanya merupakan perubahan sosial. Agar dapat mengetahui apa perbedaan dan juga kaitan antara inovasi dan modernisasi, perlu dipahami apa inovasi dan apa modernisasi, baru kemudian dicari kaitan antara keduanya.
Berhubungan dengan kebijakan pendidikan, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang inovasi dan modernisasi pendidikan, dalam melakukan kebijakan pendidikan itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan inovasi?
2.      Apa yang dimaksud dengan modernisasi?
3.      Apa perbedaan inovasi dan modernisasi?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari inovasi.
2.      Untuk mengetahui pengertian dari modernisasi.
3.      Untuk memahami perbedan dari inovasi dan modernisasi.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Inovasi Pendidikan
Inovasi berasal dari bahasa Inggris innovatio, invantion yang berarti pembaharuan, penemuan, perubahan. Adapun pengertian Inovasi menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum.
Dengan kata lain inovasi adalah suatu ide, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau masyarakat, baik berupa hasil invensi maupun diskoveri.[3][1]
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
Inovasi kebudayaan di dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat dan begitu tersebar luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu masyarakat dunia yang bersatu. Di dalam kebudayaan modern pada abad teknologi dan informasi dalam millennium ketiga, kemampuan untuk inovasi merupakan ciri dari manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Persaingan di dalam dunia modern telah merupakan suatu tuntutan oleh karena kita tidak mengenal lagi batas-batas negara. Perdagangan bebas, dunia yang terbuka tanpa-batas, teknologi komunikasi yang menyatukan, kehidupan cyber yang menisbikan waktu dan ruang, menuntut manusia-manusia inovatif. Dengan sendirinya wajah kebudayaan dunia masa depan akan lain sifatnya.
Betapa besar peranan inovasi di dalam dunia modern, menuntut peran dan fungsi pendidikan yang luar biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif. Dengan kata lain, pendidikan yang tidak inovatif, yang mematikan kreativitas generasi muda, berarti tidak memungkinkan suatu bangsa untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat modern yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan akan menempati peranan sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan dunia yang baru.
Inovasi sebagai  suatu  ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima  sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.  Oleh sebab itu,  inovasi pada dasarnya merupakan  pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu kedaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat.
Adapun pengertian inovasi menurut para ahli yaitu:
1.      Pengertian inovasi menurut Everett M. Rogers
Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
2.      Pengertian inovasi menurut Stephen Robbins
Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
3.      Pengertian Inovasi menurut Van de Ven, Andrew H
Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan  organisasi.
4.      Pengertian Inovasi menurut Kuniyoshi Urabe
Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon), melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses pengambilan  keputusan.
5.      Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
Inovasi pendidikan umumnya merupakan suatu gerakan yang bersifat top down, dalam artian inisiatif dalam melakukan inovasi selalu datang dari pihak pemerintah.
Misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-model inovasi pendidikan dalam berbagai bidang antara lain : usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan, dan relevansi pendidikan.
Kesemuanya dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan persoalan pendidikan di Indonesia. Beberapa contoh inovasi antara lain : program belajar jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran konstektual, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dsb.
Ciri-ciri inovasi pendidikan dapat dikenal dalam beberapa identifikasi, namun menurut ashby 1967 ada empat hal, yaitu:
1.      Ketika masyarakat/orang tua mulai sibuk dengan peran keluar sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke sekolah.
2.      Terjadi adopsi kata yang ditulis ke instruksi lisan.
3.      Adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan ketersediaan buku lebih luas.
4.      Adanya alat elektronika yang bermacam-macam radio, telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dan lainnya.
Keempat hal tersebut telah menimbulkan banyak masalah. Untuk itulah kelima teknologi yang dibahas pada poin sebelumnya sangat membantu untuk solusi pemecahan. Perubahan pendidikan yang diinginkan sekolah sesuai visi dan misinya tentunya sangat tergantung pada lima teknologi tersebut yaitu sistem berfikir, sistem desain, ilmu pengetahuan yang berkualitas, manajemen.
Inovasi merupakan obyek dan teknologi pendidikan merupakan subyeknya. Dalam inovasi pendidikan butuh SDM dan peralatan yang menunjang, sebaliknya SDM dan alat tidak akan berfungsi tanpa digunakan untuk tujuan yang pasti dan bermanfaat dimasa datang.
Menurut Miles karakteristik inovasi adalah Deliberate, Novel, Specific, dan Direction to goal attaintment. Adapun aspek pokok yang mempengaruhi inovasi adalah Struktur, Prosedur, dan Personal.
Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.

B.     Modernisasi Pendidikan
Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga mengandung berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah modern ini digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta bebagai macam kebiasaan.
Pada umumnya kata modern digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup.[4][2] Dengan cara baru (modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Misalnya dalam perkembangan transportasi, karena kuda lebih modern daripada gerobak yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda, pesawat lebih modern daripada mobil. Jadi “modern” dari satu segi dapat diartikan sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.
Eissentadt menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi adalah proses perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik, yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan kemudian telah berkembang pula di berbagai Negara di Eropa. Dalam abad ke 19 dan 20 berkembang pula ke Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.
Proses perkembangan atau perubahan itu berlangsung secara bertahap, dan tidak semua masyarakat berkembang dalam tahap urutan yang sama. Jadi modernisasi pada dasarnya merupakan proses perkembangan, secara kebetulan Eropa Barat dan Amerika Utara telah berkembang lebih dahulu, dan sekarang bangsa dari dunia ketiga sedang berjuang untuk menyamakan diri mencapai status kehidupan modern.
Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama dengan dunia dengan maksud agar dapat meningkatkan hal-hal yang esensial dalam kehidupan, walaupun mungkin juga terjadi kekacauan atau perpecahan. (M. Francais Abraham, 1980:4).[5][3]
Perhatikan beberapa definisi atau pengertian modernisasi yang dikemukakan para ahli berikut ini:
1.      Everett Rogers. Modernisasi dalam proses dimana individu berubah dari cara hidup tradisional dengan gaya yang lebih kompleks, berteknologi maju, dan cepat berubah dari kehidupan. (Francis Abraham, 1980:5)
2.      Black. Modernisasi adalah proses dimana lembaga historis berkembang yang disesuaikan dengan cepat fungsi perubahan yang mencerminkan peningkatan belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengetahuan manusia, memungkinkan kontrol atas lingkungannya, thataccompanied revolusi ilmiah (Francis Abraham, 1980:5)
3.      Lerner. Modernisasi hanya "arah trend sekuler sepihak dari tradisional ke cara hidup peserta". (Francis Abraham, 1980:5)
4.      Inkeles, menggambarkan modernitas dalam hal sejumlah variabel psikologis yang merupakan jenis karakteristik mentalitas manusia modern yang khas (Francis Abraham, 1980:5)
Dari beberapa definisi atau pendapat tentang modernisasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa semuanya sependapat modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern). Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi telah makmur, bidang politik sudah stabil, terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan.
Perbedaan rumusan definisi modernisasi antara para ahli tersebut hanya perbedaan penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial secara menyeluruh, seperti yang dikemukakan More Black, and Chodak, mereka ini mengartikan modernisasi sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat. Sedangkan Rogers, Lerner, dan Inkeles menekankan pada perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke gaya atau pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang sudah maju (industri).
Inkeles mengemukakan secara detail tentang ciri-ciri manusia modern, berdasarkan penelitiannya pada masyarakat yang industrinya sudah maju. Antara lain ia mengemukakan bahwa ada 11 aspek yang menjadi tanda (karakteristik) manusia modern yaitu:
1.      Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
Artinya jika menghadapi tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak menutup diri terhadap perubahan.
2.      Selalu siap menghadapi perubahan sosial.
Artinya siap untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya partisipasi dalam bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan penduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di sekitarnya.
3.      Berpandangan yang luas.
Artinya pendapat-pendapatnya tidak hanya berdasarkan apa yang ada pada dirinya, tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4.      Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat.
Manusia modern akan selalu berusaha memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya dan juga informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya.
5.      Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir bagaimana masa sekarang dan yang datang.
6.      Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia modern selalu direncanakan sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
7.      Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan pemikiran manusia daripada takdir atau pembawaan. Ia percaya bahwa manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.
8.      Manusia modern menghargai keterampilan teknik dan juga menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.
9.      Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern memiliki wawasan yang lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan di sekolah formal lebih ditekankan untuk menguasai ketrampilan membaca, menulis dan berhitung daripada untuk melaksanakan pendidikan agama atau moral, karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan dapat dipakai untuk memecahkan masalah kehidupan. Demikian pula manusia modern akan memiliki pekerjaan yang dapat memberi keuntungan walaupun mungkin melanggar sangsi kepercayaan tradisional.
10.  Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain terutama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.
11.  Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil produksi dari suatu industri (ia sebagai pegawai perusahaan ikut menyadari akan kepentingan perusahaan).[6][4]

C.     Perbedaan Inovasi dan Modernisasi
Berdasarkan uraian tersebut kaitan antara inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu.
Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi. Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan perlu diadakan transmigrasi. Transmigrasi merupakan hal yang baru bagi masyarakat, maka transmigrasi adalah suatu inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima ide transmigrasi dan mau melaksanakan transmigrasi berarti sudah memenuhi ciri masyarakat modern yang siap menghadapi perubahan dan meninggalkan pola pikir tradisi yang bersemboyan (bahasa Jawa) ”mangan ora mangan yen kumi” artinya meskipun tidak makan asal tetap berkumpul dengan sesama saudara.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Inovasi merupakan suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern).
Perbedaan inovasi dan modernisasi yaitu Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.

B.     Kritik dan Saran
Dalam makalah kami ini, kami menyadari bahwa belumlah sempurna seperti apa yang Bapak dan teman-teman harapkan. Untuk itu, jika terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pengetikan, kami sangat mengaharap kritikan dan saran-sarannya dari Bapak dan teman-teman sekalian, dan semoga kritikan dan saran-saran dari kalian bisa membangun motivasi kami dalam penulisan makalah yang akan datang. kami ucapkan terimakasih.







DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta:  Rajawali Pers.
Sa’ud, Syaefudin. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung :Al-Fabeta.


Posted 25th January 2016 by Nur Esri Fauziah
0
Add a comment


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menghasilkan inovasi diberbagai bidang. Perkembangan inovasi dibidang ekonomi, sosial, dan budaya dirasakan lebih pesat dibandingkan dengan inovasi dibidang pendidikan. Sehingga inovasi dibidang pendidikan harus dipandang serius dalam masalah pendidikan dinegara kita. Dalam perkembangan pendidikan dibutuhkan beberapa langkah untuk menciptakan pendidikan yang unggul. Langkah-langkah yang dilakukan merupakan sebuah inovasi untuk menciptakan suatu sistem pendidikan baru serta meningkatkan efektifitas dalam pendidikan itu sendiri.
Pada dasarnya hal-hal yang ingin dicapai melalui inovasi pendidikan tersebut yaitu usaha untuk mengubah proses pembelajaran, perubahan dalam situasi belajar yang menyangkut kurikulum, peningkatan fasilitas, peningkatan profesionalisme guru, sistem administrasi dan manajemen pendidikan secara keseluruhan serta hubungannya dengan kebijakan pemerintah.
Inovasi atau pembaruan dalam dunia pendidikan di era globalisasi ini sangat dibutuhkan. Sehingga dapat tercipta pembelajaran yang lebih terkonsep dan kondusif, khususnya dijenjang sekolah dasar. Dengan adanya inovasi pendidikan dapat berdampak posotif bagi perkembangan setiap peserta didik. Dan juga diharapkan dapat berimplikasi dalam kegiatan pembelajaran. Dan bagi peserta didik akan lebih giat dan bersemangat dalam belajar juga dalam mengikuti pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian inovasi pendidikan ?
2.      Apa saja jenis-jenis inovasi pendidikan ?
C.    Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui, memahami inovasi pendidikan dan jenis-jenis inovasi pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertin Inovasi Pendidikan
Kata “innovation” (bahasa inggris) sering diterjemahkan dengan segala hal yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi kata indonesia yaitu “inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk mentrjemahkan kata dari bahasa inggris “discovery” dan “invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
                        Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorangatau sekelompok orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga pendidikan yang lain), maupun sistem dalam arti yang luas (sistem pendidikan nasional).
2.      Jenis-Jenis Inovasi Pendidikan
Suatu pendidikan tentu diperlukan suatu pembaruan dan inovasi agar ketercapaian tujuan dapat lebih mudah tercapai, berikut adalah jenis inovasi dan pembaruan dalam pendidikan.

a.         Pembaruan landasan yuridis
Pembaruan pada landasan yuridis ini berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mendasar atau fundamental dan yang memiliki sifat prinsipal. Pembaruan yuridis ini adalah pembaruan pendidikan yang sangat mendasar.
b.        Pembaruan kurikulum dan perangkat penunjangnya
Dalam melakukan pembaruan kurikulum tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum. Tujuan pembaruan ini agar kurikulum tetap dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi.
c.       Pembaruan struktur pendidikan
Pembaruan struktur pendidikanatau pembaruan pola masa studi ini meliputi pembaruan jenis dan jenjang pendidikan serta pembaruan lama waktu belajar pada satuan pendidikan.
d.        Pembaruan tenaga kependidikan
Yang dimaksud tenaga kependidikan dalam halini adalah tenaga yang memiliki tugas untuk menyelenggarakan proses atau kegiatan mengajar, mngembangkan, melatih, mengelola, meneliti dan juga tugas pelayanan teknis dibidang pendidikan.
Selain dari jenis-jenis inovasi pendidikan diatas, ada juga yang mengatakan bahwa jenis-jenis inovasi pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :
1.      Menurut Objeknya :
Ø  Dalam jenis hubungan antara orang (personal relationship), misalnya pembaharuan dalam peranan guru yang berdasarkan kumpulan informasi, bukan berdasarkan selera perorangan. Perubahan tata laksana baru, yang harus berdasarkan pengambilan keputusan pada informasi dan bukan pada selera perorangan atau pemimpin.
Ø  Dalam jenis software (perangkat lunak), misalnya mengenai tujuan dan struktur kurikulum berdasarkan model sistem penyampaian dan cara-cara penilaian kurikulum dan pendidikan.
Ø  Dalam jenis hardware, misalnya perubahan dan bentuk ruang kelas karena terjadi perubahan dalam peran guru, teknik penyampaian yang menuntut perubahan hardware dalam rangka memenuhi tuntutan baru karena terjadi pembaharuan dalam hubungan antar orang.
2.      Menurut Derajat atau tingkatannya :
Ø  Jenis pembaharuan dalam nilai atau wawasan pendidikan. Dalam jenis ini menuntut adanya perubahan yang mendasar tentang orientasi, wawasan, asas, dan filosofis, cita-cita kebijaksanaan yang sudah tidak cocok lagi dengan tuntutan perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang berkembang.
Ø  Pembaharuan dalam jenis operasi tata laksana pengelolaan yang terdiri atas serangkaian pengelolaan mulai dari penelitian dan pengembangan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, penilaian dan pengawasan.
Ø  Pembaharuan dalam jenis tugas dan fungsi. Pembaharuan yang terjadi dalam nilai dan wawasan akan membawa pada konsekuensi perubahan pula pada fungsi dan tugas lembaga dan orang-orang yang ada didalamnya, termasuk para pejabat dan petugas lembaga pendidikannya, baik guru maupun tenaga administratif.
Ø  Pembaharuan dalam jenis keahlian atau kemampuan-kemampuan khusus dan dituntut dari para petugas tata laksana atau guru, karena adanya perubahan dalam sistem pengajaran.

3. Menurut Sifatnya :
Ø  Penggantian, misalnya inovasi dalam bentuk penggantian jenis sekolah, penggantian bentuk-bentuk, alat-alat, guru, atau sistem lama yang diganti dengan sistem baru.
Ø  Perubahan, misalnya upaya mengubah tugas guru yang tadinya bertugas mengajar, juga harus bertugas sebagai guru bimbingan.
Ø  Penambahan,
Ø  Penyusunan kembali,
Ø  Penghapusan, upaya pembaharuan dengan cara menghilangkan aspek-aspek tertentu dalam pendidikan,
Ø  Penguatan, yaitu upaya peningkatan untuk memperkokoh kemampuan atau pola yang sebelumnya terasa lemah.
Jika inovasi berada dikonteks universal dan bukan konteks pendidikan, inovasi terdiri dari empat jenis,
1.             Penemuan. Kreasi suatu produk, jasa, atau proses baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Konsep ini cenderung disebut revolisioner.
2.             Pengembangan. Pengembangan suatu produk, jasa, atau proses yang sudah ada. Konsep seperti ini menjadi aplikasi ide yang telah ada menjadi berbeda.
3.             Dupikasi. Peniruan suatu produk, jasa, atau proses yang telah ada. Meskipun demekian duplikasi bukan semata-mata meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan.
4.             Sintesis, perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi pengambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.




BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorangatau sekelompok orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan.
Suatu pendidikan tentu diperlukan suatu pembaruan dan inovasi agar ketercapaian tujuan dapat lebih mudah tercapai, berikut adalah jenis inovasi dan pembaruan dalam pendidikan. Pembaruan landasan yuridis, Pembaruan kurikulum dan perangkat penunjangnya, Pembaruan struktur pendidikan, Pembaruan tenaga kependidikan.







DAFTAR PUSTAKA
Internet
Ø  https://initugasku.wordpress.com/2011/03/07/definisi-dan-jenis-inovasi/
Posted 25th January 2016 by Nur Esri Fauziah
0
Add a comment


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan berbagai nikmat kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjugan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugasini.
Tugas ini kami buat sebagai salah satu syarat dalam penilaian mata kuliah Inovasi Pendidikan.
Kami ucapkan terimakasih kepada :
1.      Kedua orang tua kami yang selalu memberikan Do’a.
2.      Dosen mata kuliah Inovasi Pendidikan, Bapak Irfan Supriatna, M.pd.
3.      Rekan – rekan yang telah membantu.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami harapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang.



Ciawi, 11 Oktober 2015


Penyusun


                                       

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang ................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.    Pendahuluan.......................................................................................... 2
B.     Pengertian Inovasi................................................................................. 2
C.     Pengertian Inovasi Pendidikan.............................................................. 4
BAB III : PENUTUP............................................................................................ 11
Simpulan.................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Adanya inovasi dalam dunia pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan lebih pesat dan lebih baik lagi. Dengan kata lain, diadakannya inovasi pendidikan ini adalah:
1.       Pembaruan pendidikan sebagai tantangan baru dan pemecah terhadap masalah-masalah yang dijumpai dalam dunia pendidikan, baik dengan cara konvensional dan inovatif.
2.       Inovasi pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis. 
Adapun latar belakang diadakannya inovasi pendidikan di Indonesia, sebagai berikut:
1.      Mengejar ketertinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi, sehingga makin lama pendidikan di indonesia akan mengejar dan pada akhirnya akan semakin berjalan sejajar dengan kemajuan tersebut.
2.      Mengusahakan tertampung dan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi warga negara misalnya, meningkatkan daya tampung usia SD sampai Perguruan tinggi.
3.      Meningkatakan kualitas pendidikan, dengan sistem menyampaikan yang baru, diharapkan peserta didik akan menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil dalam memecahkan masalahnya sendiri.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Inovasi?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Inovasi Pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Inovasi Pendidikan
A.    PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas.
Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka, telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik.
B.      PENGERTIAN INOVASI
Kata “innovation” (bahasa inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972; Santoso S. Hamijoyo, 1996), tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu “inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa inggris “discovery” dan “invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan. Untuk memperluas wawasan serta memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu tentang pengertian discovery, invention, dan inovation sebelum membicarakan tentang pengertian inovasi pendidikan.
“Discovery”, “invention”, dan “innovation” dapat diartikan dalam bahasa indonesia “penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barang itu sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri atau invensi. Untuk jelasnya marilah kita bicarakan ketiga pengertian tersebut.
Diskoveri (discovery) adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya penemuan benua Amerika itu sudah lama ada, tetapi baru baru ditemukan oleh Colombus pada tahun 1492, maka dikatakan Colombus menemukan benua Amerika, artinya Columbus adalah orang Eropa yang pertama menjumpai benua Amerika.
Invensi (invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal Yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaina, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.
Inovasi (invention) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Beberapa pengertian inovasi yang dibuat para ahli dikemukakan di bawah ini:
1.      An innovation is an idea for accomplishing some recognition social and in a new way or for a means of accomplishing some social (Donald P. Ely 1982, seminar on Educational Change).
2.      An innovation is any idea, practice, or mate artifact perceived to be new by the relevant unit of adopt. The innovation is the change object. A change is the altera in the structure of a system that requires or could be required relearning on the part of the actor (s) in response to a situation. The requirements of the situation often involve a res to a new requirement is an inventive process producing an invention. However, all innovations, since not  everything an individual or formal or informal group adopt is preceived as new. (Zaltman, Duncan, 1977: 12).
C.     PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN
Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan, diantaranya :
1.      Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya keingina masyarakat untuk mendapat pendidikan, yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2.      Berkembanganya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus-menerus, dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long education).
3.      Berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan tersebut, lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang , baik dari luar maupun dari dalam sistem pendidikan itu sendiri, diantaranya :
1.      Sumber-sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efesien.
2.      Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik, dan sebagainya.
3.      Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap, serta belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa yang akan datang.
4.      Masih kabur dan belum mantapnya konsepsi tentang pendidikan dan interprestasinya dalam praktek.
Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan pemikiran kembali yang mendalam dan pendekatan baru yang progresif. Pendekatan ini harus selalu didahului dengan penjelajahan yang mendahului percobaan, dan tidak boleh semata-mata atas dasar coba-coba. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan hanya dengan cara yang tradisional atau komersial. Gagasaan dan pendekatan baru yang memenuhi ketentuan inilah dinamakan inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya),serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan terteentu dalam pendidikan. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan beberapa istilah yang menjadi kunci pengertian inovasi pendidikan, sebagai berikut.
1.      “Baru” dalam inovasi dapat diartikan apa saja yang beelum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting sifatnya yang baru ialah sifat kualitatif berbeda dari sebelumnya.
2.      “Kualitatif” berarti inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali unsur-unsur dalam pendidikan. Jadi, bukan semata-mata penjumlahan atau penambahan unsur-unsur setiap kompenen. Tindakan menambah anggaran belanja supaya lebih baik banyak mengadakan murid, guru, kelas, dan sebagainya, meskipun perlu dan penting, bukan merupakan tinadakan inovasi. Akan tetapi, tinadakan mengatur kembali jenis dan pengelompokan pelajaran, waktu, ruang kelas, cara-cara menyampaikan pelajaran, sehingga dengan tenaga, alat, uang, dan waktu yang sama  dapat menjangkau sasaran siswa yang lebih tinggi adalah tindakan sosial.
3.      “Hal” yang dimaksud dalam definisi tadi banyak sekali, meliputi semua komponen dan aspek dalam subsistem pendidikan. Hal-hal yang diperbarui pada hakikatnya adalah ide atau rangkaian ide. Sementara inovasi karena sifatnya, tetap percorak mental, sedangkan yang lain memperoleh bentuk nyata. Termasuk halyang diperbarui ialah buah pikiran, metode, dan teknik bekerja, mengatur, mendidik, perbuatan, peraturan norma, barang, dan alat.
4.      “Kesengajaan” merupakan unsur perkembangan baru dalam pemikiran para pendidik dewasa ini.pembatasan arti secara fungsional ini lebih banyak mengutarakan harapan kalangan pendidik agar kita kembali pada pembelajaran (learning) dan pengajaran (teaching) dan menghindari  diri dari pembaharuan perkakas (gadgeteering). Sering digunakannya kata-kata dan dikembangkannya konsepsi-konsepsi inovasi pendidikan dan kebijaksanaan serta strategi untuk melaksanakannya, membuktikan adanya anggapan yang kuat bahwa inovasi dan penyempurnaan pendidikan harus dilakukan secara sengaja dan berencana, dan tidak dapat diserahkan menurut cara-cara kebetulan atau sekedar berdasarkan hobi perseorangan belaka.
5.      “Meningkatkan Kemampuan” mengandung arti bahwa tujuan utama inovasi ialah kemampuan sumber-sumber tenaga, uang, dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Pendeknya keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebai-baiknya.
6.      “Tujuan” yang direncanakan harus dirinci dengan jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang diingin dicapai, yang sedapat mungkin dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi dilaksanakan. Sedangkan tujuan dari inovasi itu sendiri adalah efisiensi dan efektifitas, mengenai sasaran jumlah anak didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan anak didik, masyarakat, dan pembangunan) dengan menggunakan sumber tenaga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya. Hasil inovasi tidak selamanya baik, dapat sebaliknya ataupun tidak penting. Bilamana demikian, apa yang semula di anggap inovasi setelah di uji, baik secara teori maupun praktis, tidak lagi dianggap sebagai inovasi seperti disebutkan semula.
Dari uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan inovasi di bidang pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional. Mattew B miller menjelaskan pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut “to give more concreteness the universe called “education innovations” some samples are decribed billow. They are organized according to the aspect of a social system which they appear to be most clearly associated. In most cases social system involved should be take n to be that of a school or cell althought some inovations take place within the context of many large systems.”
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
Ø  Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan dari sistem sosial tentu menentukan personil (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personil misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
Ø  Banyaknya personil dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya : berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini denga ratio 1: 200 artinya satu guru dengan 200 siswa. Sekolah dasar di amerika satu guru dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepenilikkan, dan sebagainya.
Ø  Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (1 anak 1 kursi dan 1 meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah di buka, sehingga pada diperlukan 2 ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan cctv (tv ct-televisi stasiun terbatas), dan sebagainya.
Ø  Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, caturwulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatamn mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya), dan sebagainya.
Ø  Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.
Ø  Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini, misalnya : penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok dan sebagainya.
Ø  Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperluka untuk melancarkan jalannya tujuan inovasi yang relevan dengan kompenen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebgai anggota team teaching, dan sebagainya.
Ø  Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai yujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendidikan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesedian berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD yang disempurnakan, dan sebagainya.
Ø  Bentuk hubungan antar bagian (mekanis pekerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antar bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini. Misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan hubungan kerja anatara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
Ø  Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama denga sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerja sama dengan departemen kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan pemerintah daerah setempat, dan sebagainya.
Ø  Strategi. yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut.
1.      Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan observasi atau hasil penilai terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2.      Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3.      Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaan, dan sebagainya.
4.      Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat di terapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan. (Udin, 2012)





BAB III
PENUTUP
Simpulan
Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya),serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan terteentu dalam pendidikan. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan beberapa istilah yang menjadi kunci pengertian inovasi pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Konsep Inovasi Pendidikan meliputi Pengertian dan Inovasi, Inovasi Pendidikan dan juga ruang lingkup dari inovasi pendidikan itu sendiri.



















DAFTAR PUSTAKA

Udin Saefudin Sa’ud. 2012. Inovasi Pendidikan. Alfabeta. Bandung.



Makalah 'ANATOMI'

BAB I   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang      Pemahaman terhadap penyusun tubuh harus digaris bawahi. Dimana tubuh tersusun ata...