Makalah 'ANATOMI'



BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
     Pemahaman terhadap penyusun tubuh harus digaris bawahi. Dimana tubuh tersusun atas sel, kumpulan sel akan membentuk jaringan, sekumpulan jaringan akan membentuk organ, beberapa organ bekerja secara seimbang membentuk sistem organ dan sistem organ merupakan kesatuan tubuh yang lengkap. Anatomi dan Fisiologi pada dasarnya merupakan dua ilmu yang tidak dapat dipisahkan.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua organisme makhluk hidup. Sedangkan histologi berasal dari kata histon, yang artinya kumpulan beberapa sel yang mempunyai satu atau lebih kekhususan fungsi yang membentuk jaringan. Jadi histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan tubuh (Hunter, 1995).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anatomi dapat diartikan sebagai ilmu yang melukiskan letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa, Anatomi Ternak berarti ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh ternak secara keseluruhan maupun bagian – bagiannya serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.
Sedangkan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi tubuh secara lengkap dan fungsi semua bagian-bagian tubuh termasuk pula proses-proses biofisika dan biokimia yang terjadi di dalam tubuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Fisiologi Ternak adalah ilmu yang mempelajari fungsi tubuh ternak secara lengkap, fungsi semua bagian-bagian tubuh serta proses biofisika dan biokimia yang terjadi pada tubuh ternak.

1.2  Rumusan Masalah


1.3  Tujuan 
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk megetahui dan memahami anatomi dan fisiologi ternak secara keseluruhan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Anatomi Ternak 
a.)    Sistem Kerangka Ternak
     Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan basis cairan (rangkahidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang (Nanda, 2012).
     Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional. Sistem tulang merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok yang disebut dengan kerangka, dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan pita pengikat (ligament) (Lesty, 2011).
Menurut Anonim (2010), berdasarkan bentuknya tulang dibagi menjadi:
1.)    Tulang Pipa (Ossa longa)
Ciri-cirinya adalah berbentuk silindris memanjang dan kedua ujung membesar (epifise). Contohnya: tulang paha (os femus) dan tulang lengan (os humerus)
2.)    Tulang Pipih (Ossa plana)
Cirri-cirinya adalah berbentuk pipih, permukaan datar dan bertugas melindungi bagian tubuh yang lunak seperti otak dan alat-alat dalam. Contohnya: tulang belikat (os scapula) dan tulang panggul (os coxae).
3.)    Tulang Pendek (Ossa brevis)
Skeleton sebagian besar terdiri atas tulang keras dan tulang rawan pada permukaan sambungan-sambungan dan pada bagian tertentu. Disamping tulang rawan terdapat tulang membran dan kadang-kadang terdapat tendon yang berisi sel-sel tulang yang terkena sebagai assmoidus. Sebagai contoh yang terkenal adalah patelia (tulang tempurung lutut) dan kemin (tulang mata kaki). Tulang tempurung kepala cukup keras dan merupakan suatu kotak yang tersusun atas bagian tulang yang bersenyawa pada bagian sutura. Bagian fasial terdapat nostril di sebelah dorsal dan sepasang orbita, sebagai tempat biji mata dan di sebelah ventral terdapat plat dengan tepi tulang rahang atas yang mengandung gigi. Di sebelah luar orbita terdapat archus zygomaticus (Frandson, 1993).
Berdasarkan letak dan fungsinya, tulang di bagi dalam 3 kelompok :
1.)    Axial Skeleton ( Kerangka Sumbu )
Meliputi; tulang belakang (columna vertebralis), tulang rusuk (os costae), tulang dada (os sternum), tulang kepala (ossa cranii).
2.)    Appendicular Skeleton (Tulang Anggota Gerak)
Appendicular skeleton dibedakan menjadi extremitas anterior dan extremitas posterior.
3.)    Viesceral Skeleton (tulang yang berkembang dalam organ dalam, atau organ lunak)
Seperti; os penis (tulang kelamin jantan pada anjing), os cardis (tulang jantung pada sapi) .
Menurut Anonim (2012), pada dasarnya kerangka tubuh hewan di bagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1.)    Ossa cranii, dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.)    Bagian tengkorak; os ocipitale (tulang kepala belakang), os sphenoidale (tulang baji), os othmoidale (tulang rapis), os parietale (tulang ubun-ubun), os frontale (tulang dahi), os temporale (tulang pelipis).
b.)    Pars splanehno cranii; os morale (tulang pipi), os lacrimale (tulang air mata), os nasale (tulang hidung), os premaxillare (tulang rahang atas muka), os maxillare (tulang rahang atas), os mandibulare (tulang rahang bawah).
2.)    Columna vertebralis (susunan tulang belakang), yang terdiri dari :
a.)    Vertebrae cervicalis (ruas tulang leher)
b.)    Vertebrae thoracales (ruas tulang punggung)
c.)    Vertebrae lumbales (ruas tulang pinggang)
d.)   Vertebrae coccygeales (ruas tulang ekor)
e.)    Vertebrae coccygeales (ruas tulang ekor)
f.)     Ossa castae (tulang-tulang rusuk), turut membentuk dinding sebelah lateral dari ruang dada. Terdapat berpasangan kiri dan kanan. Jumlahnya sebanyak ruas tulang punggung; pemamah biak 13 pasang, kuda 18 pasang, babi     14-15 pasang, carnivore 13 pasang.
g.)    Ossa sternum (tulang dada), meliputi :
h.)    Manubrium sterni
i.)      Processus xiphoideus
j.)      Carpus sterni
k.)    Crista sterni
3.)    Ossa ekstremitas, dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a.)    Ossa ekstremitas thoracalis (tulang kaki muka) diantaranya : os scapula, os humerus, os radius, os ulna, ossa carpi, ossa metacarpalia, digit (os phalanx).
b.)    Ossa ekstremitas pelvinae (tulang kaki belakang), diantaranya : os coxae, os femur, os tibia, os fibula, ossa tarsi, ossa metatarsalia, digit (os phalanx).



b.)    
2.2  aa
a)      Sistem Perototan Ternak
Sistem otot adalah suatu jalinan jaringan otot yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan dengan yang lainnya. Otot merupakan sebuah jaringan konektif dalam tubuh yang tugas utamanya berkontraksi. Kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh dan substansi dalam tubuh. Hampir semua gerakan oleh tubuh makhluk vertebrata hasil dari otot yang berkontraksi. Otot memberi dukungan kepada tubuh dan membantu mempertahankan postur tubuh melawan gaya gravitasi. Bahkan ketika tubuh memerlukan istirahat serat-serat otot yang berkontraksi untuk mempertahankan otot (Soeparno, 2009).
Jaringan otot merupakan bagian yang penting yang menyusun beberapa organ pada tubuh ternak. Secara garis besar ada tiga tipe otot, yaitu: otot polos, otot jantung dan otot skeletal (Anonim, 2010).











Description: Hasil gambar untuk otot polos,otot jantung,otot rangka
1)       Otot Polos


 
Adalah otot yang membangun organ yang tidak dapat di kontrol misalnya saluran pencernaan. Otot polos juga di  temukan di dalam pembuluh darah usus, dan organ lain yang tidak berada di bawah perintah otak.
Otot polos tampak tersusun dalam dua lapisan, lapisan dalam sel otot polosnya tersusun melingkar dan lapisan sebelah luar sel otot polosnya tersusun memanjang dan berinti sel. Ciri-ciri otot polos, Sel-sel berbentuk spidal- Inti di tengah- Serabut-serabut retikuler transversal menghubungkan sel-sel otot.
2)       Otot Jantung
Text Box:  Merupakan otot yang membangun jantung. Otot jantung juga merupakan otot yang tidak dapat diperintah, kontraksinya tidak tergantung pada actor luar (ekstrinsik). Otot jantung terdiri dari tiga bentuk otot, yaitu otot atrial, otot ventricular, dan serabut otot purkinje.

3)        Otot Rangka
Text Box:  Merupakan otot yang membangun sebagian besar tubuh. Serabut otot pada penampang memanjangnya tampak sebagai pita-pita panjang yang tersusun sejajar satu sama lainnya. Intinya berbentuk lonjong, jumlahnya banyak dan terdapat di tepi serabut tepat di bawah sarkolema. Miofibri serabut otot rangka mengandung keping-keping gelap dan terang secara berurutan dan pada tiap myofibril letaknya pada ketinggian yang sama. Diantara serabut-serabut otot terdapat jaringan ikat kendur yang di sebut endomisium (Anonim, 2012).




Didalam tubuh ternak terdapat lebih dari 600 otot berbeda dalam halbentuk, ukuran dan aktivitasnya. Otot juga berbeda dalam hubunganya dengan tulang, tulang rawan atau ligamentum dalam hal kandungan darah, saraf dan dalam hal hubungannya dengan jaringan-jaringan lain.
Otot ternak berubah menjadi daging setelah pemotongan karena fungsi fisiologisnya telah terhenti. Otot merupakan komponen utama penyusun daging. Daging juga tersusun oleh jaringan ikat, epitelial, jaringan saraf, pembuluh darah dan lemak, jadi daging tidak sama dengan otot.
Beberapa jenis otot pada ternak, antara lain adalah :
1.      Otot trapezius merupakan otot pipih berbentuk segitiga yang mempunyai origo pada garis tengah dorsal dari kepala sampai ke belakang di daerah vertebrae lumbar dan insersionya terutama pada spina skapula. Otot trapezius secara keseluruhan juga mendukung melekatnya scapula pada tubuh.
2.      Otot serratus ventralis merupakan otot yang paling besar dan otot utama yang menghubungkan alat gerak bagian depan dengan tubuh. Ukuran otot ini besar dan bentuknya seperti kipas.
3.      Otot lattisimus dorsi merupakan otot yang berbentuk segitiga lebar, mempunyai origo pada prosessus spinosa vertebra torasik dan lumbar dengan perantaraan aponeurosis. Otot ini juga berperan untuk menarik kaki depan ke arah belakang atau jika kaki itu tetap, maka badan itu akan ke depan atau maju.
4.      Otot longissimus. Otot ini dapat dibagi menjadi beberapa segmen tergantung pada lokasi, yaitu di daerah lumbar yang disebut longissimus lumborum, pada daerah thoraks disebut longissimus thoracis, pada daerah serviks disebut longissimus cervicis, longissimus capitis dan longissimus atlantis.
5.      Otot ekstensor carpii rassss. Otot ini merupakan otot ekstensor terbesar untuk karpus. Otot ini berpangkal pada epikondyl lateral humerus menuju ujung proximal daerah metacarpal. Peran utama otot ini adalah gerak estensi karpus.
6.      Otot fleksor carpii radialis. Otot ini berpangkal dari sisi medial permukaan volar kaki depan. Origo otot ini adalah pada epikondyl medial (fleksor) humerus dan insersianya pada permukaan volar ujung proksimal metacarpus.
7.      Otot gluteus medius. Otot ini adalah otot ekstensor yang kuat. Origo otot ini terletak pada sayap tulang illium dan insersionya pada frokauter mayor dari tulang femur, yang merupakan lever yang menjulur di atas sendi pinggul, sehingga menggerakan bagian lain dari kaki belakang ke arah belakang.

8.      Otot bisep femoris, semiteninosus dan semimembranosus. Otot-otot tersebut merupakan otot ekstensor pada pinggul yang disebut dengan hamstring muscle. Batas-batas antar otot ini dapat diketahui dengan adanya alur-alur vertikal pada bagian otot tersebut.
   
 FISIOLOGI TERNAK
a)      Struktur Sel
Sel terdiri dari ruangan-ruang internal yang dipisahkan oleh membran-membran semipermeabel. Berbagai ruang internal tersebut dibungkus bersama-sama menjadi satu oleh sebuah membran sel.
Text Box:   







1.Sitoplasma
Sitoplasma meliputi semua yang terletak di dalam sel tetapi di luar inti sel.
2.      Inti Sel
Inti sel adalah suatu organel besar terbungkus membran yang mengandung berbagai asam deoksiribonukleat (DNA, deokxyribonuclic acid), yaitu bahan genetik sel.
3.      Membran Sel
Setiap sel dibungkus oleh sebuah membran sel. Membran sel adalah suatu sawar semipermeabel dan tersusun dari sebuah lapisan ganda (bilayer) fosfolipid yang di dalamnya mengandung molekul-molekul protein yang dapat bergerak bebas.





b)     Sistem Digesti (Dygestive Sistem)
Sistem digesti (digestive system, systema digestoria) disebut juga dengan sistem pencernaan. Pemahaman terhadap anatomi alat pencernaan akan sangat membantu dalam studi tentang fisiologi sistem pencernaan dan patologi (gangguan, penyakit) yang menyerang sistem pencernaan. Organ-organ pencernaan merupakan suatu saluran (tractus) yang terentang mulai dari mulut hingga anus dan sering disebut juga dengan tractus digestivus.

1.      Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Hewan ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan memamah biak. Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada umumnya mempunyai kesamaan siri dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan manusia. Contoh hewan ruminansia ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan lain – lain.
Ditinjau dari cara makan dan sistem pencernaannya, hewan ruminansia atau hewan memamah biak termasuk hewan yang unik. Mereka dapat mengunyah atau memamah makanannya yang berupa rerumputan melalui 2 fase. Fase pertama terjadi saat awal kali mereka makan, makanannya itu hanya dikunyah sebentar dan masih kasar. Mereka kemudian menyimpan makanannya itu dalam rumen lambung . Selang beberapa waktu saat lambung sudah penuh, mereka kemudian mengeluarkan makanan yang dikunyahnya tadi untuk dikunyah kembali hingga teksturnya lebih halus. Baru kemudian setelah halus, makanan tersebut masuk ke dalam rumen lambung lagi.
2.      Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAHMFI3ROxhda48Tgj1ibyAwtSvedmRoTvHyX9y3_faNr7UwMCrHynFhGqLGiQXGsIq6bemy5RZk_pVlpGn8yi9wzztepl-LVB4a6jXWzk92KxfHhXqVJcvsLCq4xDDXOcrHU3V3xY6ss/s400/ekafitriani120.blogspot.co.id-IMG001.jpg


         Proses dan Saluran Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia
Menyadari bahwa jenis makanannya tersusun atas selulosa yang sulit dicerna, hewan ruminansia memiliki saluran sistem pencernaan khusus. Adapun organ-organ pada saluran sistem pencernaan hewan ruminansia berikut ini telah beradaptasi jenis makanan alaminya.

1.        Rongga Mulut(Cavum Oris)
Dalam rongga mulut hewan ruminansia, terdapat 2 organ sistem pencernaan yang memiliki fungsi penting, yaitu gigi dan lidah. Gigi ruminansia berbeda dengan susunan gigi mamalia lain. Gigi seri (insisivus) memiliki bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa rumput, gigi taring (caninus) tidak berkembang sama sekali, sedangkan gigi geraham belakang (molare) memiliki bentuk datar dan lebar. 
2.        Esofagus
Esofagus atau kerongkongan adalah saluran organ penghubung antara rongga mulut dan lambung. Di saluran ini, makanan tidak mengalami proses pencernaan. Mereka hanya sekedar lewat sebelum kemudian digerus di dalam lambung. Esofagus pada hewan ruminansia umumnya berukuran sangat pendek yaitu sekitar 5 cm, namun lebarnya mampu membesar (berdilatasi) untuk menyesuaikan ukuran dan tekstur makanannya.
3.        Lambung
Setelah melalui esofagus, makanan akan masuk ke dalam lambung. Lambung pada hewan ruminansia selain berperan dalam proses pembusukan dan peragian, juga berguna sebagai tempat penyimpanan sementara makanan yang akan dikunyah kembali. Ukuran ruang dalam lambung hewan ruminansia bervariasi tergantung pada umur dan makanannya. Yang jelas ruangan lambung tersebut terbagi menjadi 4 bagian yaitu rumen (80%), retikulum (5%), omasum (7–8%), dan abomasum (7–8%).
3.      Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKBbrOs7aLBuQBXjnGejEsprYmhLCaISye2vdLSH9ljpQ4mvtgT9XBWiVhrIH7tEmIcX6Prpab_al6mrK3RYIktjYu3ASnovFBYCz7UjsZdtIz32qscNkieMd96EKxbmrAFVdH35A0Gmo/s400/ekafitriani120.blogspot.co.id-IMG002.jpg


a.      Rumen (Perut Besar)
Mula-mula makanan yang melalui kerongkongan akan masuk ke dalam rumen. Makanan ini secara alami telah bercampur dengan air ludah yang sifatnya alkali dengan pH ± 8,5.  Rumen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara bagi makanan yang telah ditelan. Setelah rumen terisi cukup makanan, sapi akan beristirahat sembari mengunyah kembali makanan yang dikeluarkan dari rumen ini.Di dalam rumen, populasi bakteri dan Protozoa menghasilkan enzim oligosakharase, hidrolase, glikosidase, amilase, dan enzim selulase. Enzim-enzim ini berfungsi untuk menguraikan polisakarida termasuk selulosa yang terdapat dalam makanan alami mereka. enzim pengurai protein seperti enzim proteolitik dan beberapa enzim pencerna lemak juga terdapat di sana.
b.      Retikulum (Perut Jala)
Di retikulum, makanan diaduk-aduk dan dicampur dengan enzim-enzim tersebut hingga menjadi gumpalan-gumpalan kasar (bolus). Pengadukan ini dilakukan dengan bantuan kontraksi otot dinding retikulum. Gumpalan makanan ini kemudian didorong kembali ke rongga mulut untuk dimamah kedua kalinya dan dikunyah hingga lebih sempurna saat sapi tengah beristirahat.
c.       Omasum (Perut Buku)
Setelah gumpalan makanan yang dikunyah lagi itu ditelan kembali, mereka akan masuk ke omasum melewati rumen dan retikulum. Di dalam omasum, kelenjar enzim akan membantu penghalusan makanan secara kimiawi. Kadar air dari gumpalan makanan juga dikurangi melalui proses absorpsi air yang dilakukan oleh dinding omasum.  
d.      Abomasum (Perut Masam)
Abomasum adalah perut yang sebenarnya karena di organ inilah sistem pencernaan hewan ruminansia secara kimiawi bekerja dengan bantuan enzim-enzim pencernaan. Di dalam abomasum, gumpalan makanan dicerna melalui bantuan enzim dan asam klorida. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain, sedangkan asam klorida (HCl) selain membantu dalam pengaktifan enzim pepsinogen yang dikeluarkan dinding abomasum, juga berperan sebagai desinfektan bagi bakteri jahat yang masuk bersama dengan makanan. Seperti diketahui bahwa bakteri akan mati pada Ph yang sangat rendah. 

4.  Usus Halus dan Anus
Setelah makanan telah halus, dari ruang abomasum makanan tersebut kemudian didorong masuk ke usus halus. Di organ inilah sari-sari makanan diserap dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Selanjutnya ampas atau sisa makanan keluar melalui anus. 















2.      Sistem Pencernaan Ternak Non Ruminansia

a.    Pengertian
Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudianempedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair.
Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya. Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena makanan berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat berbeda dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas digizzard.
Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri darirumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian.
Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum tenue), yang terdiri dari doedenum, jejenum, ileum, usus besar (intestinum crasum), yang terdiri dari kolon, sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus.





b.    Saluran Pencernaan Nonruminansia
Saluran pencernaan non ruminansia.  Pada ternak non ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari :
a.    Mulut ( cawar oris )
b.    Tekak ( pharing )
c.    Kerongkongan ( esophagus )
d.    Gastrium ( lambung )
e.    Intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum dan rektum)
f.     Anus
Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakana hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.
Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah STANDAR didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif (status faali) dari hewan tersebut.
Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja atau produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan mineral.
 Dalam prakteknya dapat diambil contoh sebagai berikut :
Seekor sapi dengan bobot 500 kg memerlukan energi hidup pokok sebesar 33 MJ NE. Nilai kebutuhan energi ini dapat bervariasi karena dilapangan akan didapatkan data untuk sapi dengan kelebihan atau kekurangan pakan. Oleh sebab itu dalam pemberian harus ditetapkan batas minimal sejumlah kebutuhan nutrient yang direkomendasikan NRC, jangan sampai kurang dari kebutahan.
Variasi kebutuhan ditentukan oleh macam hewan dan kualitas pakan. Sesungguhnya standar pakan ini dibuat untuk dapat mengantisipasi situasi yang lebih beragam, termasuk pengaruh perubahan cuaca. Standar ini juga masihbisa dipakai untuk kepentingan taraf nasional (dari Negara yang menyusun) ataubahkan dapat untuk keperluan dunia internasional yang mempunyai kondisi iklim yang hampir sama.
Sejak tahun 1960-1965 di Inggris, melalui Dewan Agricultural Research Council (ARC) telah membuat tabel standar kebutuhan nutrient dari beberapa jenis ternak. Pada tahun 1970 semua publikasi mengenai table kebutuhan nutrient tersebut diperbaharui (direvisi) dan keluarlah edisi terbaru untuk ruminansia pada tahun 1980. Perubahan tersebut meliputi seluruh zat makanan terutama tentang standar untuk penggunaan vitamin dan mineral. Saat ini telah banyak negara maju dan berkembang yang mempunyai standar kebutuan zat makanan untuk ternak lokalnya. Namun sampai sekarang Indonesia belum mempunyai tabel tersebut. Standar kebutuhan yang dipakai di Indonesia adalah hasil dari banyak penelitian yang ada saja.
Standar Kebutuhan Nutrien untuk Hidup Pokok Seekor hewan dikatakan dalam keadaan kondisi hidup pokok apabila komposisi tubuhnya tetap, tidak tambah dan tidak kurang, tidak ada produk susuatau tidak ada tambahn ekstra energi untuk kerja. Nilai kebutuhan hidup pokok ini hanya dibutuhkan secara akademis saja, sedangkan dunia praktisi tidak membutuhkan informasi tersebut, yang dibutuhkan oleh praktisiwan adalah total kebutuhan hidup pokok dan produksi yang optimal. Jadi pendapat mengenai kebutuhan hidup pokok untuk hewan secara teori berbeda dengan prakteknya.
Pada hewan yang puasa akan terjadi oksidasi cadangan nutrient untuk memenuhi kebutuhan energi hidup pokoknya, seperti untuk bernafas dan mengalirkan darah ke organ sasaran. Tujuan sesungguhnya dari pembuatan ransum untuk hidup pokok adalah supaya tidak terjadi perombakan cadangan tubuh yang digunakan untuk aktivitas pokok.





c.    Contoh Sistem Pencernaan Hewan Non ruminansia pada unggas
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioY_36FdM-xPbpzKesD84bvTaaMN0EjtwcJFf7lpZRIxB9KmtVJRvbzl9iYsVeqhttN6qANSDyqCqiM8-L4Pgoiqe7xvw5RLxUu8zJyolVUvvgcp1dlJxBpkNWoIBxszOBQ5q0_fXAlHc/s400/ekafitriani120.blogspot.co.id-IMG003.jpg
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.
Dari empedal, makanan bergerak melalui lekukan usus yang disebut duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies-spesies lainnya. Alat tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton. Empedu hati yang mengandung amilase, mamasuki pula duodenum.
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa enzim yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan menghasilkan asam-asam amino, enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke dalam gula-gula sederhana (monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui villi usus halus.
Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir ke dalam kloaka dan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang terdapat dalam kotoran ayam sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine mammalia kebanyakan adalah urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada unggas digambarkan pada proses pencernaan yang cepat (lebih kurang empat jam).






















Sistem Reproduksi
Reproduksi adalah proses perkembangbiakan (beranak-pinak) pada ternak yang diawali dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma; atau peju dalam bahasa Jawa) sehingga terbentuk tanda-tanda kehidupan dari zigot, embrio hingga fetus.
1.1  Organ Reproduksi Jantan
A.Primer
Organ reproduksi primer jantan adalah testis (peler dalam bahasa Jawa), testis ini mempunyai dua fungsi ialah yaitu adalah sebagai fungsi endokrin (penghasil hormon reproduksi) dan sebagai fungsi eksokrin (reproduksi). Fungsi endokrin yang berkaitan dengan hormon tidak berpacu dengan waktu, artinya hormon-hormon reproduksi tidak dipengaruhi oleh waktu, sebagai contoh birahinya ternak betina tidak terjadi pada saat-saat tertentu melainkan karena sistem hormonal yang otodidak, begitu pula yang terjadi pada saat ternak jantan dalam kondisi ngaceng. Oleh karena itu, hormon tidak diproduksi oleh pabrik kimia mapun pabrik baja, tapi hormon ini diproduksi di dalam peler. Sedangkan fungsi eksokrin melibatkan berbagai organ reproduksi dalam pelaksanaannya.
Suhu testis sekitar 3-5 derajat di bawah suhu tubuh, artinya apabila suhu testis ini melebihi kondisi suhu tubuh berarti testis ini telah mengalami kondisi setengah matang, hal ini menunjukkan bahwa ternak dalam kondisi sudah dipotong lalu sedang direbus di dalam wajan untuk dikonsumsi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.







  1. Sekunder
Salah satu contoh organ reproduksi sekunder pada ternak dan manusia ialah penis (rudal kebajikan), penis pada ternak terbagi menjadi 3 tipe, yaitu:
  • Fibroelastis, ialah tipe penis yang  antara ngaceng dan tidaknya ternak tidak kelihatan, contoh ternak dalam kasus ini ialah sapi dan kambing.
  • Vaskular, ialah tipe penis yang kalau lagi ngaceng akan kelihatan jelas perbedaan ukuran, warna, bentuk bahkan tingkat kekerasan dan tingkat kepadatannya, hal ini bisa diibaratkan cagrak motor yang dari besi. Contoh penis tipe seperti ini ialah bangsa primata, manusia dan bangsa jin.
  • Semi fibro-vaskuler, ialah tipe penis vaskular yang tidak bisa ngaceng. Hal ini bisa dipengaruhi oleh penyakit yang biasa disebut impotensi.
  1. 2     Organ Reprodukjsi Betina
A.Primer
Ovarium ialah organ reproduksi primer pada ternak betina yang mampu menghasilkan ovum dalam sekejap apalagi seandainya ternak betina sedang mengalami fase birahi. Tanda-tanda birahi pada ternak diantaranya ternak akan mengalami gelisah yang berkepanjangan atau yang biasa disebut lagi galau menunggu ada yang melakeninya, tanda-tanda birahi yang lain ialah ternak mungkin saja menggesek-gesekan alat kelaminnya (yang ada di dalam pantat) ke aspal yang panas hingga melepuh, makanya tak jarang jika ternak betina sedang birahi dari dalam pantatnya keluar cairan bening dan keliatan melepuh itu karena panasnya aspal.
Proses Inseminasi Buatan (IB) bertujuan untuk kawin suntik pada saat ternak betina sedang birahi. Proses ini biasanya diawali dengan menyodok-nyodok pantat ternak (misal sapi) hingga sang sapi merintih kasakitan tapi merasakan kenikmatan. Semen yang berisi seminal plasma dan spermatozoa ternak jantan pada IB bisa didapatkan dengan menggunakan alat yang bernama elektrik ejakulator (dicoli dalam bahasa Jawa).

  1. Sekunder
Salah satu organ reproduksi betina ialah uterus dan vagina. Uterus terbagi menjadi beberapa tipe sesuai yang dijual di toko elektronik masa depan. Tipe-tipe ini diantaranya ialah:
  • Simplex, berawal dari kata simple dalam bahasa Inggris yang berarti simpel atau sederhana. Ini benar-benar tipe uterus yang tidak neko-neko. Contoh tipe ini ialah yaitu adalah pada bangsa primata, manusia dan bangsa jin atau dedemit maupun lelembut.
  • Duplek, ialah tipe uterus yang berarti dua kali simple, contoh ternak yang menyukai tipe duplek ialah kelinci dan hewan-hewan pengerat lainnya.
  • Bicornua, artinya dua tanduk. Tanduk ini yang seharusnya tumbuh di kepala menjadi tanduk liar karena reaksi genetika dan berkembang di dalam uterus. Contoh ternak yang menyukai tipe bicornua ialah kambing dan sapi.
  • Bipartitus, ini artinya partus yang biasa diawali dengan kata “bi”. Misal binatang melata, binatang merayap dan binatang mencolot itu semua mengandung awalan bi.
Vagina memiliki fungsi sebagai organ kopulasi (organ kawin meski tidak kawin lari), vagina ini memiliki tingkat kekenyalan yang tinggi dan mengandung rasa anget. Cara kawin melalui vagina ialah memasukan penis (torpedo) dengan perlahan-lahan tapi pasti, hal ini karena sifat alami dari vagina ialah merupakan lubang sempit yang semakin menjepit.

                                                                                                  







BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pemahaman terhadap penyusun tubuh harus digarisbawahi dimana tubuh tersusun atas sel, kumpulan sel akan membentuk jaringan, sekumpulan jaringan akan membentuk organ, beberapa organ bekerja secara seimbang membentuk sistem organ dan sistem organ merupakan kesatuan tubuh yang lengkap. Anatomi dan fisiologi pada dasarnya merupakan dua ilmu yang tidak dapat dipisahkan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Dimana fungsi dari rangka yaitu sebagai penunjang tubuh, untuk memberi bentuk pada hewan, sebagai tempat melekatnya urat daging (otot), untuk melindungi (proteksi) organ-organ tubuh yang lunak dan mudah rusak, misal : organ visceral, otak dll, sebagai cadangan unsur-unsur kimia penyusun tubuh misal : cakium dan phosphor dan sebagai alat gerak pasif, dalam hal ini akan bekerjasama dengan otot-tot yang bertaut padanya.
Sistem otot adalah suatu jalinan jaringan otot yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan dengan yang lainnya. Otot mempunyai tugas utama yaitu berkontraksi, kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh dan substansi dalam tubuh. Hampir semua gerakan oleh tubuh makhluk vertebrata hasil dari otot yang berkontraksi. Otot memberi dukungan kepada tubuh dan membantu mempertahankan postur tubuh melawan gaya gravitasi. Dengan adanya fibril serta pola susunannya maka otot dibedakan menurut morfologinya yaitu otot polos ( Smooth muscle), otot serat melintang (Striated muscle) dan otot jantung (Cardiac muscle).

3.2  Saran
Adapun saran dalam praktikum ini adalah sebaiknya waktu yang disediakan dalam praktikum diperpanjang agar dapat mengoptimalkan jalannya praktikum tidak dikejar waktu dan sebaiknya penjelasan mengenai anatomi dan fisiologi dilakukan perkelompok agar penjelasannya dapat diterima dengan baik oleh semua praktikan.
Dalam mempelajari fisiologi ternak, sangat perlu dipahami kembali konsep-konsep dasar dalam fisiologi. Sehingga memberikan kemudahan mempelajari fisiologi pada ternak yang beraneka ragam.
DAFTAR PUSTAKA
Edi, Permadi. 2012. “Makalah Anatomi Histologi”. http:// edypermadi.wordpress. com/2012/06/15/makalah-anatomi-histologi/. Diakses pada tanggal 12 Januari 2013.

Ernawati, Djaya. 2011. “Sistem Otot Pada Hewan”. http://renaex. blogspot. com/2011/10/sistem-otot-pada-hewan.html diakses pada tanggal 12 Januari 2013.

Franson , R.D . 1993 . “Anatomi dan Fisiologi Ternak” . Gadjah Mada University press: Yogyakarta.

Hunter. 1995. “Fisiologi dan Teknologi dan Reproduksi Hewan Domestik”. ITB: Bandung.
Lesty, Adinisa. 2011. “Jaringan Otot Pada Hewan”. http://lestyadinisa.blogspot. com/2011/10/jaringan-otot-pada-hewan.html. Diakses pada tanggal  12 Januari 2013.

Nanda, Fafet. 2012.  “Anatomi dan Fisiologi Ternak”. http://nandafapet.blogspot. com/2012/02/anatomi-dan-fisiologi-ternak-nursholeh.html. Diakses pada  12 Januari 2013.

Soeparno. 2009. “Ilmu dan Teknologi Daging”. Gadjah Mada University Pres: Yogyakarta



ma

Makalah 'ANATOMI'

BAB I   PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang      Pemahaman terhadap penyusun tubuh harus digaris bawahi. Dimana tubuh tersusun ata...